Beberapa waktu lalu saya bertemu rekan lama, dia seorang pengusaha, kulihat sekarang kondisinya lumayan lah, mungkin bisnis yang dikelolanya cukup berhasil.
"Alhamdulillah", gumamku.
Saya ingat beberapa tahun silam dia pernah mengalami suatu ujian yang berat atas perusahaan yang dikelolanya, saat itu sering beliau mencurahkan isi hatinya kepadaku dan menceritakan beratnya ujian yang dialaminya, setelah setumpuk ikhtiar dilakukan, bisnisnya tak kunjung mendapatkan tanda-tanda akan selamat dari
kebangkrutan, dan bukan saja bangkrut, bahkan akan terjerat hutang usaha yang sangat besar, dia katakan sekitar puluhan milyar siap untuk menjerat lehernya.
Bukan saja sisi nominal yang membuatnya sesak, tak kalah beratnya yang menjadi beban adalah tanggungan puluhan karyawan yang berada di perusahaannya, intinya menurut beliau pada saat itu adalah masa yang sangat mengguncang jiwanya, makan tak enak, tidur tak lelap, dan segala yang tak enak lainnya menghampiri beliau.
Yang kutahu, di sisi yang lain usaha beliau bukan saja terkait pada sektor bisnis, tetapi beliau juga aktif dalam melakukan pembinaan usaha berupa pesantren di suatu desa terpencil, pesantren tersebut tumbuh secara sehat, santrinya sekitar lima ratusan, tetapi jenis usahanya adalah nirlaba, atau tidak dikenakan biaya apa pun terhadap santri yang sekolah di pesantren tersebut.
"Usaha pesantren ini untuk cash flow langit", begitu ujarnya setiap kali saya tanyakan kenapa dia serius sekali mengelola usaha nirlaba ini.
Saya menjadi penasaran dan tercetus keingintahuan bagaimana caranya dia menyelesaikan masalah usahanya pada tahun-tahun silam. Karena saya melihat kondisi saat ini jauh berubah, lebih sukses bila dibandingkan pada saat itu.
Beberapa kali kupancing serentetan pertanyaan dari ketidaksabaranku, barulah ia bersedia untuk menceritakan kisahnya ...
Ya kawan karibku, tiada satu kekuatan yang dapat membantuku saat itu kecuali kekuatan Allah, tiada yang maha pengasih kecuali Allah pula, Dialah yang memberikan jawaban dan jalan keluar kepadaku. Kami ini makhluk yang sangat lemah dan hina, dan Dia lah Maha Kuat dan Maha Kaya. Tiadalah kejadian itu terjadi kecuali menambah kualitas keimanan kami, kami merasakan kasih sayang dan cinta-Nya.
Engkaupun tahu masalah yang kami hadapi saat itu, penuh dengan kesukaran, hati terasa sempit, kami ditinggalkan pula oleh kawan-kawan, tiada pihak yang ingin meringankan masalah kami saat itu, semua pihak menekan, menekan dan menekan setiap waktu.
Pada saat usaha kami jatuh, tiada akal lagi untuk mencari apa peluang pengganti usaha kami ini agar bisa melunasi hutang usaha yang berjumlah milyaran itu, sama sekali tidak ada ide, tertutup. Walaupun demikian kami tetap melakukan berbagai ikhtiar mencari solusinya, hingga sampai pada suatu waktu kami pasrah terhadap apapun keputusan-Nya.
Sering kali kami lantunkan doa untuk diberikan jalan keluar atau yang terbaik bagi kami, bahkan ribuan kali kami berdoa, bukan saja di saat sholat, bahkan dalam perjalanan pun tak lupa kami berdoa kepadanya, intinya lidah dan bibir kami basah dengan doa dan pujian.
Hari demi hari, minggu demi minggu, dan sekian bulan berlalu dalam kondisi tak menentu. Lalu sampailah pada satu saat aku berdoa di malam hari di tengah semua orang tertidur lelap, bersimpuh dan berdoa kepada-Nya, aku hanya ingat beberapa hadist dan kisah Kekasihku dalam melantunkan doa-doanya. Kemudian dia bercerita mengenai dua kisah di atas.
Aku coba ikuti cara Kekasihku, Muhammad, dalam berdoa pada saat-saat yang genting, dan kusesuaikan redaksi doanya dengan kondisiku.
"Ya Allah, Engkau Maha Tahu kondisi kami ini, kami sedang dibebani masalah, dan Engkau tahu pula bahwa dari hasil usaha yang kami upayakan kami kelola pula sebuah usaha pesantren, Engkau tahu kami tidak memungut biaya apapun pada mereka."
Jika memang amal ibadah tersebut kami lakukan hanya untuk meraih keridhoan-Mu, mohon Ya Allah berilah jalan keluar untuk kami.
Ya Allah, kami khawatir jika engkau tidak membantu hamba-Mu ini, kami khawatir keberlangsungan pesantren kami terhenti, akan ke mana perginya santri-santri tersebut.
Ya Allah, aku sayang mereka, kami iba dengan wajah mereka, curahkan kasih sayang-Mu pada mereka, dengan menolong usaha kami Ya Allah.
Engkaulah yang Maha Mengetahui hati hati kami, ikhlaskanlah hati kami, dan lapangkan hati kami apapun yang engkau putuskan, dan kami yakin apapun keputusan-Mu adalah yang terbaik bagi kami.
Tak kusangka doanya tersebut membuat jiwaku bergetar dan tak kuasa emosiku terlibat, nyaris kupeluk sahabatku itu, luar biasa makna dari doa tersebut.
Kemudian dia lanjutkan kembali, "Setelah kulantunkan doa tersebut, tak kusangka dalam waktu yang sangat singkat kasih sayang-Nya telah membuka sebuah jalan keluar yang tidak terduga, ibarat pintu gua yang tidak mungkin terbuka dalam kisah yang kuceritakan itu dengan izin-Nya menjadi terbuka".
Sambil menahan emosi, ia melanjutkan, "Tiba-tiba seorang relasi kami menawarkan suatu bisnis yang terbilang besar yang tidak pernah tersentuh oleh perusahaanku, bahkan bisnis tersebut di luar kapasitas secara materi maupun keahlian yang kami punya. Kala itu kami pikir bahwa peluang bisnis tersebut pastilah sudah diatur pemenangnya, paling-paling kalau ikut partisipasi juga, ya paling tidak hanyalah mengarak pemenangnya saja.
Saat itu, benar-benar aku tidak tertarik untuk memprosesnya. Kudiamkan saja. Tapi peluang itu datang lagi, datang lagi dan hadir kembali. Karena sering kali peluang yang sama itu selalu hadir, kucoba beranikan diri untuk memprosesnya.
Apa yang terjadi selanjutnya sungguh ku tak pernah menduganya. Kami mendapati ribuan kemudahan, kami memperoleh proyek tersebut dengan mudah, karena hanya perusahaan kami yang mengajukan proposal tender tersebut dan tidak ada pesaing sama sekali!
Ke mana para competitor yang besar? Ke mana mereka semuanya? Muncul keanehanku saat itu.
Bila Dia memutuskan sesuatu, tidak ada pihak pun yang akan mampu menghambat-Nya! Ini semuanya kemudahan dari-Nya, Dia permudah seluruh proses tersebut. Dan dalam jangka waktu yang singkat kami mendapati keuntungan tiga kali dari jumlah hutang kami! Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Begitulah dia menceritakannya dengan penuh keharuan.
Selanjutnya kutahu, temanku itu menjadi orang yang selalu bersyukur dan dia yakin sekali bahwa pesantren tersebut telah menjadi amal andalan yang telah menjadi perantara doanya.
Kabar terakhir yang kuterima, pesantren tersebut menjadi semakin besar dan megah walaupun para santrinya tidak pernah terbebani oleh biaya apapun.
Nah, bagi para enterpreneur, tidak selamanya masa-masa menyenangkan hadir dari kehidupan seorang pengusaha, adakalanya masalah yang banyak terjadi justru sebuah ujian yang tidaklah ringan. Keberhasilan itu hadir setelah melewati masa masa sulit. Bukankah layangan akan terbang tinggi bilamana ada angin yang menerpanya?
Atau mungkin, bagi seorang pengusaha, janganlah berpikir hanya mengembangkan usaha untuk meraih keuntungan materi saja, tetapi cobalah mulai dipikirkan sebuah usaha alternatif yang bermanfaat buat orang banyak, yang akan dijadikan cash flow langitnya. Bisa saja usaha-usaha tersebut akan dan telah menjadi amalan andalan, yang bilamana kita terhimpit suatu masalah ataupun ujian yang berat, bisa dijadikan perantara atau tawasul untuk permohonan doa kita kepada Allah.
Terakhir, selamat berdoa. Allah Maha Mendengar rintihan hamba-hamba-Nya.
Zidni T. Dinan
zidni_dinan@yahoo.com
Untuk rekan-rekanku seperjuangan, saya hanya katakan bahwa jalan itu masih panjang!
ALLAH PASTI MENGIKUTI PRASANGKA HAMBANYA
BalasHapus