ASSALAMU'ALAIKUM WR. SELAMAT DATANG DI BLOG WINNER1COMMUNITY

Kamis, 31 Januari 2013

Hidup Tanpa Pengikut dan Pengagum


Banyak orang yang bermimpi dan bercita-cita mempunyai banyak pengagum dan pengikut.  Dan itu bisa dimaklumi dan dimengerti, sebab jumlah pengagum dan pengikut adalah salah satu bentuk kualitas dari seseorang.  Dan kitapun pernah bermimpi serupa hanya saja semakin jauh kedalaman samudera kehidupan diselami maka akan semakin kuat dorongan untuk tidak memiliki pengikut dan pengagum.  Ini bukan sebuah langkah mencari sensasi, tetapi merupakan rangkaian kontemplasi yang member imajinasi.  Sebagaimana perjalanan banyak orang, seringkali manusia berjalan jauh terlebih dahulu, kemudian baru tahu kalau ada orang lain yang bisa menstimalisir rangkaian makna perjalanan.


Di awal perjalanan, setiap manusia mencari tujuan hidup, ada yang mencarinya dengan sekolah, bekerja, mengumpulkan harta, memburu tahta (jabatan), beribadah dengan khusu’ dan masih banyak lagi cara-cara yang lainnya.  Sebagian waktu manusia hidup (bahkan ada yang mengalokasikan semua hidupnya)telah habis untuk mencari tujuan yang diharapkan.  Ketika ia semakin mencari maka semakin jauh rasanya manusia dari tujuan menjernihkan diri, hal itu pula yang terjadi dalam hidup kita.  Banyak sudah tenaga yang habis untuk memburu tujuan hidup kita.  Meskipun ketika perangkat-perangkat hidup sudah pernah dipegang dan disentuh namun tetap saja masih banyak sesuatu yang dirasakan kurang atau belum merasa didapat, hingga yang ada hanyalah sebuah nafsu tanpa mengikuti jejak-jejak tujuan hidup dan mencari tujuan yang diharapkan.

Ya, sekali lagi dirinya sendiri.  Inilah kendaraan sekaligus tujuan kehidupan: menemukan diri sendiri, mengendarainya dan membawanya pulang.  Ide ceritanya mudah, namun aplikasinya penuh dengan tantangan dan godaan.  Tantangan dan godaan terberat ketika manusia menemukan tujuannya kemudian belajar mengendalikannya.  Serupa dengan tujuan yang sebenarnya, diri ini ketika pertama kali dicoba untuk dikendalikan ia juga melawan dan memberontak.  Mereka yang biasa makan enak, menolak untuk hanya makan sayur saja misalnya.  Mereka yang terbiasa mengumbar nafsu seksnya, ada yang memberontak dari dalam sini ketika dikendalikan.  Siapa saja bisa marah, ada semacam siksaan dari dalam diri ketika dipaksa untuk tidak marah.  Inilah tanda-tanda awal bagaimana diri ini menolak pertama kali akan dikendalikan.

Dari seluruh perjalanan, bisa jadi inilah langkah yang terberat dan tersulit.  Jangankan orang yang baru belajar, orang yang sudah pernah melewatinya pun bisa kembali lagi ketingkat pengendalian ini lagi.  Begitu terkendalikan, tujuan itu bisa ditunggangi manusia.  Untuk kemudian dibawa pulang.  Ditingkatan ini, penolakan-penolakan dari dalam sudah hampir tidak ada.  Makanan enak, dorongan seksual, nafsu marah tidak lagi semenggoda dulu.  Keterkenalan, kekayaan, kekaguman orang, jumlah pengikut bukanlah rangkaian hal yan menarik lagi disini.  Semua tidak lebih dari sekedar rangkaian pohon besar yang berada dipinggir jalan.  Memandangi pohon-pohon besar tadi terlalu lama, hanya akan membuat perjalanan tidak bergerak.  Begitu menjelang sampai di rumah, tujuan yang tadi hilang.  Kenapa hilang, karena manusia tidak memerlukannya lagi.  Tidak ada yang perlu dikendalikan dan dibawa kemana-mana.  Yanng tersisa hanya manusia tanpa tujuan hidup yang berbekalkan do’a.  Ini pertanda kematian.  Pada banyak orang lain, ini tanda-tanda pencerahan dan pemurnian.  Serangkaian tahap yang diimpikan hampir semua orang.

Dan setelah sampai di rumah, yang tersisa hanyalah kosong.  Ya, sekali lagi kosong.  Dalam pengetahuan, dikenal subyek dan obyek yang terpisah.  Dalam meditasi, subyek dan obyeknya menjadi satu.  Dan sesampai dirumah, keduanya tidak ada.  Kembali ke cerita awal tentang pengikut dan pengagum, mereka memang serangkaian manusia yang member hormat.  Namun, tanpa kewaspadaan yang cukup, mereka bisa menarik kita ke tingkatan ego yang menyisakan pekerjaan rumah lama; mengendalikan tujuan hidup.  Ini yang terjadi pada benyak selebritis dan kaum terkenal yang hidupnya berubah drastis ketika memiliki demikian banyak pengikut serta pengagum.  Kesombongan dan bahkan kecongkakan datang lagi berkunjung membawa musuh lama yang bernama EGO.  (GP/D.C/dn) 2004  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar