
Sejak masih kecil Henry telah menaruh perhatian yang
besar terhadap berbagai mesin-mesin. Hal tersebut amat mencemaskan ayahnya.
Ayahnya, William Ford menginginkan anaknya kelak menjadi seorang petani atau
pedagang besar dan sukses karena ia sendiri adalah juga keturunan seorang
petani. Akan tetapi Hendry tidak berminat terhadap pertanian. Kesukaannya
kepada mesin-mesin itu kadang-kadang sering menyulitkannya, karena ia harus
melawan kemauan ayahnya.
Suatu hari seorang petani datang ke sekolah Henry sambil
marah-marah. Ia mengadu kepada guru di sekolah itu, dan menceritakan perihal
tingkah laku beberapa orang murid sekolah itu. Mereka dipimpin oleh Henry untuk
membendung sebuah sungai kecil yang mengaliri ladang-ladang pertanian miliki
petani tadi.
Bendungan tersebut mengakibatkan aliran sungai menjadi
terhenti dan mengakibatkan banjir yang tidak karuan. Sang guru langsung
berpaling dan berkata kepada Henry, “Pekerjaan apa ini, Henry?”, Tanya gurunya
dengan geram. “Mengapa, ee” jawab Hendry tanpa acuh, “Kami tidak melakukan apa
pun dan membanjiri ladang itu, kami hanya membangun sebuah bendungan untuk
membendung air guna mengadakan percobaan kincir air untuk penggilingan kopi.
Bapak dapat melihatnya bagaimana hebatnya alat itu bekerja”. Elak Henry.
Serta-merta gurunya itu marah dan mengukum Henry.
Kemudian berkata kepada murid-murid yang lain, “Kalian harus belajar
menghormati masyarakat, dan menolongnya. Bukankah saya selalu berpesan begitu
setiap kali kalian akan pulang? (Kejengkelan tersebut diucapkan sang guru untuk
menghibur si petani yang marah-marah tadi. Tapi ia tertarik dengan pekerjaan
yang telah dilakukan oleh murid-muridnya).
Setelah eksperimen di atas dianggap cukup berhasil,
Hendry menjadi lebih tekun mempelajari cara-cara mesin bekerja. Di sekolahnya
suatu ketika, sewaktu pelajaran, sedang berlangsung, dengan bangga ia bercerita
kepada teman-temannya mengenai mesin-mesin yang diketahuinya. Teman-temannya
itu menjadi tertarik dan berkerumun di sekelilingnya mengakibatkan pelajaran terganggu.
Tiba-tiba gurunya datang ke tengah-tengah kerumunan itu. “Henry”, bentak
gurunya dengan geram dan menatap para murid-muridnya, “Apakah kalian tidak
pernah mencoba bagaimana untuk belajar yang baik? Apa gunanya kalian datang ke
sekolah ini. Ha? Sekarang
kalian bersama Henry harus tinggal di kelas sehabis pelajaran nanti”.
Gurunya itu memberikan kepada mereka sebuah mesin yang
telah dirusakkan lebih dulu. “Kalian harus membetulkan mesin ini!” Gertak
gurunya itu. “Bilamana kalian tidak dapat memperbaikinya, kalian akan mendapat
hukuman lagi”. Akan tetapi Henry dengan tangkas mengerjakan mesin tersebut
hanya dalam jangka waktu kurang dari 10 menit segera selesai. Gurunya jadi
kagum melihat bakat muridnya tersebut.
Keterampilannya dalam bidang permesinan itu membuat ia
mulai dikenal orang. Ia sering memperbaiki mesin-mesin para tetangganya. Banyak
orang yang kagum akan bakat Henry itu, tetapi ayahnya membenci pekerjaan itu.
William Ford menginginkan anaknya menjadi seorang petani yang baik. Tetapi hal
tersebut tidak dapat dicegahnya sehubungan Henry mempunyai kemauan yang besar
dalam bidang ini.
Setelah meningkat dewasa, dan merasa mampu untuk hidup
mandiri. Henry meminta restu kepada orang tuanya untuk mencoba hidup merantau.
Ia berjalan menuju kota Detroit. Di kota ini ia mendapatkan pekerjaan pada
sebuah pabrik. Ia mendapat gaji 2,50 dolar seminggu. Tapi ia harus mengeluarkan
biaya 3,50 dolar untuk biaya hidup dalam waktu yang sama. Maka untuk menutupi
kekurangan, itu ia menambah pekerjaan ekstra sebagai pelayan pada sebuah toko
permata. Dari toko ini ia menerima 2,00 dolar. Sembilan bulan lamanya ia
bekerja di pabrik itu, sementara menjadi pelayan pada toko permata ketika
pulang dari bekerja di pabrik.
Suatu hari, tiba-tiba ia mendapat kabar perihal ayahnya
yang sakit keras. Ayahnya meminta Henry agar lekas pulang. Henry tidak dapat
berbuat apa-apa kecuali memenuhi permintaan ayahnya itu. Dia harus kembali ke
ladang!
Selama bekerja sebagai petani, Henry mempunyai ide untuk
membuat sejenis mesin yang dapat bekerja sebagai bajak di ladang-ladang. Ia
tidak menyetujui binatang-binatang dipekerjakan di ladang-ladang dan kebun.
Mereka menjadi banyak makan. Selama musim dingin mereka tidak bekerja, tetapi
makan terus. Henry menciptakan sebuah mesin yang dapat bekerja di ladang-ladang
untuk menggantikan hewan tanpa harus terus-menerus memberinya makan. Hasil temuannya itu
merupakan sumbangan yang amat berarti bagi penciptaan mesin-mesin pertanian
kelak. Banyak orang yang tertarik kepada idenya. Di samping itu ia banyak pula
membantu para tetangganya telah sedikit demi sedikit memakai mesin di
ladang-ladang mereka. Henry adalah orang-orang begitu cakap dalam bidang
permesinan ini, sehingga ia dikenal sebagai ahli mesin satu-satunya di daerah
itu, ini berlangsung selama beberapa tahun.
Karena tidak dapat meninggalkan tanah pertanian selama
ayahnya sakit. Maka ia banyak memperhatikan masalah dan kekurangan-kekurangan
yang diderita oleh para petani. Ia menyimpulkan bahwa para petani tidak perlu
mengeluarkan biaya yang banyak yang 24 hari dalam setahun bekerja memproduksi
bahan makanan. Henry berkata kepada para tetangganya, “Bila waktunya membajak,
mengolah tanah dan menuai lebih baik, para petani harus menggunakan mesin-mesin
atau mekanisasi. Disamping pekerjaan lebih cepat selesai, dapat pula memberikan
upah yang layak. Ladang yang diolah dengan cara mekanisasi dapat dan akan
menekan biaya operasionalnya, selain pekerjaan dapat diselesaikan dengan tepat,
para petani dapat pula menikmati hasil ladangnya dengan pendapatan yang
pantas.”
Henry Ford menciptakan mesin pertaniannya yang pertama
ketika ia berumur 20 tahun. Percobaan yang pertama dari mesin yang kelihatan
aneh. Ini hanya mampu bergerak 40 kaki kemudian tiba-tiba berhenti. “Saya mengharapkan mesin ini mampu
membajak seluruh ladang-ladang dalam waktu yang singkat,” kata Henry, “Tapi
penemuan ini belum mempunyai kekuatan yang berarti”. Traktor yang pertama ini
masih menunggu penemuan lain di negara itu, yakni penggunaan bahan bakar.
Sementara itu Henry Ford menyenangi seorang gadis manis
di sebuah kota lain. Tetapi gadis manis tersebut tidak menyukainya. Henry
memikirkan cara memecahkan problem itu. Ia membeli satu set permainan sulap dan
meminjam seekor kuda manis kepunyaan bapaknya. Kemudian ia membuat sebuah jubah
dari kain satin. Selanjutnya mendirikan sebuah grup sulap di dekat rumah Clara
Bryant, anak gadis yang memikat hatinya itu. Dengan mengerjakan sebuah baju
rompi yang manis, dan banyak sakunya, juga sebuah jam yang dibuatnya sendiri
dan dua buah sapu tangan, Henry menunjukkan kebolehannya dalam bermain sulap.
Henry mengadakan dua kali pertunjukan yang selalu menarik di kala itu. Hal
tersebut sekaligus mencapai yang diinginkannya, menaklukkan hati Clara Bryant
yang semula tidak suka kepadanya.
“Ibu”, kata Clara Bryant kepada ibunya suatu pagi, “Saya
kira laki-laki yang bernama Ford yang mengadakan pertunjukan bersama kawannya
di samping rumah itu, saya yakin dia akan dapat terkenal di dunia.”
Henry tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Beberapa
minggu kemudian ia menghampiri ayahnya dan berkata, “Ayah, sekiranya saya
memutuskan untuk kawin, apa yang akan ayah berikan kepada saya?” William Ford
berpikir sejenak lalu katanya, “Engkau akan mendapatkan delapan puluh acre (1
acre sama dengan 4072 m2 ) tanah, semua pekayuan yang engkau
inginkan dapat engkau potong sendiri untuk sebuah rumah.
“Baiklah”, sorak Henry. Kemudian dia mulai menebangi
pepohonan di tanah yang di berikan oleh ayahnya itu. Sebagian untuk
dipersiapkan untuk mendirikan sebuah rumah untuk keluarga kelak. Akhirnya apa
yang ia inginkan untuk menikahi Clara tercapai. Henry dan Clara menikah pada
bulan Apil 1888. Mereka hidup dengan menggarap ladang selama tiga tahun di
pemberian ayahnya. Pada suatu malam Henry berkata kepada istrinya, “Clara, saya
yakin kita akan lebih sukses, bila kita bisa pindah ke Detroit. Saya akan
membuat sebuah kereta kuda di sana. Di sini saya terlalu sibuk!” Henry kemudian
menerangkan kepada istrinya tentang gagasan-gagasannya untuk membuat kendaraan
yang digerakkan dengan mesin.
Di Detroit ia mendapatkan pekerjaan di perusahaan lampu
“Edison” pada malam hari, sedangkan pada siang hari ia membuat kereta kudanya
untuk berlari. Selama dua tahun ia belum dapat menciptakan kereta kudanya untuk
berlari. Ia telah banyak menghabiskan waktu di bengkelnya yang terbuat dari
batu bata sederhana itu, sementara di sekeliling para tetangganya melihat
tingkahnya, menganggap Henry telah gila.
“Sebuah kereta kuda!?” kata mereka, “Bila akan bergerak
kalau Henry tidak mendorongnya”. Tapi Henry Ford tetap pada pendiriannya. Henry
tidak berhenti bekerja di bengkelnya. Ia menumpahkan segala perhatiannya dengan
penuh konsentrasi terhadap idenya. “Barang apa yang dikerjakan si dungu itu?”
kata orang-orang yang melihat kelakuan Henry itu. Kemudian mereka menyiramnya
dengan air. Henry Ford tidak dapat berbuat apa-apa, ia dalam keadaan miskin
sekali.
Pada suatu pagi tahun 1893 sebuah kereta kuda, siap untuk
diuji coba. Dengan kegigihan yang kuat dan cekatan yang membaja Henry Ford
memulai mengoperasikan keretanya, yang sangat membisingkan dan mengeluarkan
asap yang mengepul-ngepul di udara. Kereta itu meluncur dari pabriknya menuju
jalan raya. Tapi tidak jauh berlari. Baru beberapa kaki saja beranjak dari
bengkel tiba-tiba mati, dan tak dapat berkelok karena tidak mempunyai kemudi.
Akan tetapi mesin kereta itu kembali hidup dengan demikian kini Henry telah
membuktikan kepada orang-orang di sekelilingnya yang selama ini menganggap
lucu, dungu, dan tolol, sekarang tidaklah demikian halnya.
Malam itu, Henry si perancang kereta itu merasa sangat
puas dan bahagia dengan hasil temuannya. Karya tersebut dirayakannya dengan
segelas susu panas, kemudian membantingkan bajunya yang basah oleh keringat itu
ke samping perapian, lantas meloncat ke tempat tidur. Untuk menikmati mimpi
yang indah yang untuk pertama kalinya setelah meninggalkan tanah pertaniannya.
Ketika kereta ciptaannya diuji coba untuk kedua kalinya,
istrinya ikut ambil bagian, yaitu sebagai penumpang. Kreativitas mereka itu
menimbulkan sensasi? Beberapa ekor kuda sekonyong-konyong terkejut, lantas lari
sekencang-kencangnya tidak tentu arah, ketika kereta Henry itu lewat di
dekatnya. Suara kereka itu menimbulkan pekik yang memekakan telinga, lantara
kerasnya. Mendadak kereta itu terhenti karena mesinnya mati.
Orang-orang menyaksikan keanehan itu serentak menyerbu,
mengelilingi benda yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Serta-merta
mereka bersorak, sebagian merasa kagum, tapi sebagian besar menunjukkan rasa
cemas. Sejumlah besar dari mereka mengeluhkan suara yang ditimbulkan oleh
kereta aneh itu sehingga mengakibatkan kebisingan dan kegaduhan. Karena itu
sangat kotor dan kelihatan dan kelihatan membahayakan. Mereka berkata bahwa hal
tersebut pasti akan menimbulkan bencana, sehubungan dengan ia tidak dapat dikendalikan.
Ia hanya bisa lari lurus memanjat bukit dan meloncati tebing-tebing. Mereka
menasihati Henry Ford agar pekerjaan itu diberhentikan saja. Tapi sang “penemu”
itu menjawab, “Kereta ini harus lari, dan lari”, tapi itu harus diperbaiki,
kata mereka. Ford menjawab spontan “Saya sekarang belum mempunyai dana dan
tidak mempunyai koneksi yang dapat membantu saya. Yang saya pikirkan sekarang
adalah bagaimana dapat menciptakan sebuah “otomobil”. Bertahun-tahun lamanya
Henry memikirkan, bagaimana ia dapat menyempurnakan hasil karyanya itu.
Demikianlah sampai ia mampu menunjukkan kepada dunia bahwa ia telah memperbaiki
modal yang besar dan kuat, hasil dari gagasan-gagasannya yang semula dianggap
gila itu.
Ketika Henry Ford meninggal dunia pada tahun 1947, ia
mencapai usia 83 tahun. Sedikit sekali orang yang dapat memahaminya, tetapi
berjuta-juta orang tahu bahwa kereta kudanya telah mengelilingi dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar