"Baik" tapi "tidak benar",
bukanlah fitrah, sebaliknya, "benar" tetapi "tidak baik" juga bukan fitrah. Maka, sekuat tenaga berusahalah untuk baik
dan benar. Barang baik belum tentu
benar, barang benar belum tentu baik.
Sedekah itu baik, semua
ulama selalu mengatakan sedekah itu baik.
Sampeyan punya roti lalu disedekahkan
untuk tetangga, itu baik. Kalau caranya
sedekah sampeyan lemparkan kemukanya,
itu baik tapi nggak benar.
Shalat, itu baik,
sampai-sampai ada orang yang shalat dhuhur ditambahi lima raka’at. Shalatnya baik, tapi nggak benar….
Hahahahaha…
.
Sampeyan
jalan ketemu teman, kemudian sampeyan
tanya,”Darimana, Kang?”
“Dari belakang!”
Lalu sampeyan tanya lagi, “Lho, emang mau
kemana?”
“Ya mau ke depan!”
Jawaban teman sampeyan itu, benar. Dijawab dari belakang mau kedepan. Tapi yo
mangkel’ke ati…
Bertemu dengan teman
lama, lalu sampeyan tanya lagi, “Bro, rumahmu dimana, bro?”
“Rumahku? Nggak
kubawa..”
Benarkan jawaban
ini? Bener
kalau rumahnya dibawa itu bekicot…. Hahahaha.
Ini benar tapi ngga baik.
Ada teman baru punya
mobil baru, sampeyan datang
senyum-senyum,”Wah, mobil baru, nih?
Berapa belinya?”
Temen sampeyan jawab enteng, “Satu aja!”
“Berapa harganya?”
“Nggak dijual!” J
Ngobrol-ngobrol di
warung kopi, sampeyan dapat berita
dari teman ngobrol bahwa kawan lama sampeyan
baru saja menikah, “Akhirnya… Dengan siapa
dia menikah?”
Lagi-lagi teman sampeyan menjawab, “Ya, dengan orang!”
Hihihihihihi
Demikian, cerita-cerita
di atas memang disadari kerap terjadi yang barangkali dari hal-hal kecil kita
bisa belajar untuk tahu apa yang baik dan apa yang benar.
Tapi, memang begitulah
fitrahnya jika kita menginginkan menjadi orang yang beruntung… J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar