Memang, sekuat apapun
seorang anak berusaha membalas “hutang jasa” kepada orang tua, tidak akan
pernah bisa membalasnya. Selamanya.
Tidak ada orang tua,
tidak ada anak. Orang tua menahan sakit
ketika melahirkan anak, anak tidak pernah merasakan sakit melahirkan orang tua.
Orang tua membersihkan kotoran anak
semasa kecil, anak membersihkan kotoran orang tua hanya ketika akan menjelang
kematiannya. Orang tua susah payah
merawat anak ketika sakit, kebingungan mencari obat dan yang diharap kesembuhan
anak, anak hanya merawat orang tua hanya menunggu kematiannya. Orang tua susah payah merawat anak tahunan,
anak merawat orang tua Cuma sebentar.
Orang tua ikhlas merawat anak tidak menuntut bayaran, tapi anak merawat
orang tua yang diharap-harap adalah
warisan.
Ibarat tubuh, orang tua
adalah mata dan anak adalah tangan.
Ketika mata terluka, tangan tidak merasakannya. Tapi ketika tangan terluka, mata akan
menangis menahan sakit.
Tidak ada yang
diharapkan oleh orang tua kecuali kebahagiaan sang anak. Orang tua satu bisa merawat delapan anak
hingga anak menjadi orang yang berhasil, tapi anak delapan terkadang tidak bisa
merawat hanya satu orang tua. Anak bisa
menjadi seorang sarjana padahal orang tua adalah seorang yang buta huruf. Ini membuktikan ukuran kepintaran anak itu seimbang
dengan kebodohannya orang tua.
Begitupun ketika seorang
anak itu sukses dan berhasil, orang tua tetap dalam kehidupannya, nasibnya
tetap melas, hanya bisa cerita dengan bangga.
“Alhamdulillah, mbak yu,
anakku yang di Surabaya jadi PULISI.
Yang di Samarinda jadi KENTARA, Yang di Sidoarjo jadi Mandor Lumpur,
yang di Malang jadi Guru….” J
Tidak pernah orang tua menuntut
bayaran atas apa yang sudah dilakukannya pada anak, hingga anak itu menjadi
sukses dan berhasil, “Nak, sudah 30 tahun bapak membesarkan kamu, sekarang
hidupmu dah enak, banyak duit. Sekarang
bapak minta ongkos biaya membesarkanmu Rp. 20.000/ bulan selama 30 tahun….”
Hihihihihi
Yah, sekali lagi. Kebanggaan dan kepuasan orang tua adalah
ketika melihat anaknya bahagia dengan pernak-pernik kesuksesan dunia dan
akhirat (ahlak dunia dan akhirat). Tidak
lebih.
Yang senang jika anak itu
sukses dan berhasil siapa? Jelas
Istrinya. Orang tua dikunjungi paling
setahun sekali, itu pun ketika lebaran.
Bapaknya dibelikan baju taqwa sama sarung Cap Gajah Duduk. Ibunya diberi uang Rp. 200.000, tapi oleh ibu,
4 cucunya disangui semua, masing-masing Rp. 50.000. Habisssss.
Belum lagi, ketika
pulang si anak bawa barang dari rumah orang tua. Beras, kelapa, kue-kue… huft.
Si ibu berdiri diteras sambil
menghela nafas panjang. Alhamdulillah, perampoknya
sudah pergi ….. hihihihi.
Anggaplah orang tua itu
Al Qur’an. Rawatlah dengan
sebaik-baiknya. Seburuk-buruknya Al Qur’an,
ambillah dengan berwudhu terlebih dahulu.
Seburuk-buruknya, secerewet-cerewetnya orang tua, tetaplah manusia yang
melahirkan, memelihara dan merawat kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar