ASSALAMU'ALAIKUM WR. SELAMAT DATANG DI BLOG WINNER1COMMUNITY

Jumat, 28 Juni 2013

Awal dan Akhir

Hidup itu adalah pilihan.  Memilih jalan kebaikan atau sebaliknya memilih jalan yang buruk.  Bisa dikatakan juga bahwa dalam hidup itu selalu berpasang-pasangan.  Semuanya serba pilihan.  Entah diakhir hayat kita kelak, pilihan yang mana yang menemani kita.  Bisa saja, di awal perjalanan hidup ini, kita selalu memilih jalan kebaikan, tetapi diakhir perjalanan kita tuup dengan keburukan.  Ini yang dinamakan Su’ul Khatimah.  Atau sebaliknya, di awal perjalanan hidup kita, perbuatan buruk yang kita masuki, tetapi entah bagaimana jalan buruk itu kita sadari dan akhir hidup kita berujung manis dengan kebaikan.  Inilah yang disebut Khusnul Khatimah.

Ada sebuah kisah, seorang Kyai memiliki peliharaan seekor burung beo.  Dirawatnya binatang kesayangannya itu dengan kasih sayang, dan diajarkannya setiap hari burung itu kalimat “Laa ilaa haa illallah”. 

Singkat cerita, burung itu pun bisa menirukan ucapan sang Kiyai.   Setiap saat, sang burung selalu berteriak “Laa ilaa haa illallah”, apalagi jika orang yang melihat itu mengucapkan kalimat yang sama.
Suatu ketika, entah bagaimana sang Kyai lupa mengunci pintu sangkar, dan turunlah si burung beo itu ke lantai.  Rupa-rupanya, tak jauh dari tempat hinggap si beo tersebut, seekor kucing sedang mengendap-endap perlahan, hingga dalam satu terkaman saja si kucing berhasil menangkapnya.  Si beo bukannya berteriak-teriak lagi dengan kalimat yang biasa diajarkan oleh si empunya, melainkan berteriak-teriak seperti layaknya burung yang ketakutan.

Mendengar suara rebut diluar rumahnya, sang Kyai segera keluar dan mendapati seekor kucing tengah menggigit seekor burung yang ternyata adalah burung beo kesayangannya.  Segera saja ia selamatkan binatang kesayangannya itu.  Namun terlambat, burung itu terluka sangat parah dan akhirnya mati mengenaskan. 

Sang Kyai pun menangis tersedu-sedu sambil memandangi burung kesayangannya itu sambil berkata setengah berbisik. “Astagfirulllah, astagfirullah, astagfirullah…”

Kebetulan, ada seorang tetangganya yang lewat dan melihat Kyai tersebut dalam keadaan menangis sambil memegangi burung beo yang sudah menjadi bangkai.  Dihampirinya Kyai itu dengan senyuman kecil.

“Sudahlah, Kyai,” hiburnya.  “Cuma seekor burung saja yang mati, tak perlu menangis seperti itu.  Bukankah Kyai sendiri yang sering mengatakan bahwa mati itu sudah pasti, apalagi Cuma seekor burung.”

Sebelum menjawab, Kyai tersebut menghela nafas panjang.  Wajahnya nampak pucat.”Bukan itu maksudnya.  Kamu tdak tahu apa yang kutangisi.”

Tetangga Kyai itu bingung mendengar ucapan sang Kyai.  Apalagi melihat wajah Kyai itu pucat, seolah-olah ketakutan.

“Lalu kenapa?  Kalau Cuma burung itu, Kyai tidak perlu khawatir, saya bisa membelikannya untuk Kyai lebih banyak?”

Disaat tangisnya sudah mereda, sambari mengusap sisa air matanya, ia lalu berkata,”Kamu tahu, burung ini setiap saat selalu mengucapkan kalimat “Laa ilaa haa illallah”, dan kamu tahu, disaat ajalnya dia malah berteriak-teriak tidak karuan, seperti lupa dengan kalimat-kalimat yang sudah kuajarkan.”
Mendengar ucapan sang Kyai, tetangganya itu terdiam.

“Aku khawatir, jangan-jangan disaat malaikat maut menarik jiwaku dari jasad ini kelak, aku juga lupa dengan kalimat “Laa ilaa haa illallah”  Itulah sebabnya aku menangis, memohon pada Allah agar kelak ketika ajalku sampai, aku tidak mati seperti burung ini”

Mudah-mudahan Allah menjadikan diri kita sebagai bagian dari orang-orang yang terpelihara, sehingga ketika kita mati nanti, kita tetap terpelihara dalam kalimat “Laa ilaa haa illallah”,   
  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar