“Langit yang tujuh, bumi dan
semua yang ada didalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada suatupun melainkan bertasbih
dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia Maha Penyantun lagi Maha
Pengampun.” QS. Al Israa (17) : 44.
Apa yang mereka lakukan, langit,
bumi dan semua mahluk yang ada didalamnya sedang bertasbih dengan caranya
mengagungkan Allah. Air yang mengalir,
petir yang menyambar, angin yang berhembus, sinar yang memancar, burung yang
sedang terbang, semua mempunyai cara sendiri untuk bertasbih dan sembahyang.
“Tidakkah kamu tahu bahwasannya Allah : kepada-Nya bertasbih apa yang
dilangit dan dibumi dan burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui sembahyang dan
tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” An Nuur (24) : 41.
Mereka melakukan
semua itu dengan keikhlasan dan ketaatannya, semua tunduk, berjalan dalam suatu rangkaian ketetapan yang harmonis. Seluruh kegiatan mahluk disekitar kita sebenarnya merupakan bentuk tasbih dan sembahyang.
semua itu dengan keikhlasan dan ketaatannya, semua tunduk, berjalan dalam suatu rangkaian ketetapan yang harmonis. Seluruh kegiatan mahluk disekitar kita sebenarnya merupakan bentuk tasbih dan sembahyang.
Bagaimana dengan manusia?
Bentuk tasbih yang dilakukan
berbeda. Masing-masing bertasbih dengan
caranya sendiri. Manusia dan jin diberi
kebebasan oleh Allah untuk bertasbih atau tidak tentu dampaknya/konsekwensinya
akan kembali pada mahluk itu sendiri.
Manusia dan jin memiliki kesadaran sendiri karena derajat “akal” yang
diberikan Allah SWT lebih dari benda-benda yang kita anggap mati.
Bentuk ibadah yang dilakukan oleh
manusia dan jin merupakan fitrah, dan apabila dilanggar sama dengan melanggar
fitrah. Saya contohkan : pada saat anda
sedang mules, ingin buang air besar, maka fitrahnya adalah untuk segera dikeluarkan. Jika kita langgar dengan cara menahannya,
yang terjadi bisa merambat kemana-mana, dari sembelit sampai yang terparah
karena tumpukan toksin yang terakumulasi tidak segera dikeluarkan.
Salah satu bentuk ibadah yang
nyata adalah Shalat 5 waktu. Dikatakan
dalam hadist, bahwa shalat 5 waktu sehari semalam itu ibarat kita mandi 5 kali
sehari. Tentu tujuan yang dicapai dari
ibadah ini adalah peningkatan kwalitas jiwa, meskipun menurut penelitian
gerakan-gerakan shalat mampu meningkatkan kesehatan, tapi itu bukanlah tujuan
utama. Jika dilanggar, shalat dilakukan
dengan tujuan lain bukan niat karena Allah, efeknya akan berimbas pada kwalitas
jiwa itu sendiri. Efeknya akan nampak
pada saat si manusia itu menghadapi persoalan / permasalahan. Orang yang benar-benar mendirikan shalat akan
memiliki keyakinan dan kesabaran yang tinggi, apa pun permasalahannya akan
selalu dihadapi dengan penuh keyakinan bahwa segala yang ada ini datangnya dari
Allah, dan Allah pulalah yang akan menghilangkannya. Singkat kata, mereka tidak mudah stress dalam
menjalani hidup.
Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan
orang-orang mu'min, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu ,
dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat,
menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang
itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar. (Annisaa (4) :
162)
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat
itu mencegah dari keji dan mungkar. Dan
sesungguhnya mengingat Allah adalah
lebih besar . Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.(Al Ankabuut (29):45)
Allah berfirman pada ayat di
atas, peningkatan kwalitas jiwa dilakukan dengan shalat, tetapi shalat yang
dibarengi dengan ilmu dan kefahaman.
Dengan begitu, shalat yang kita lakukan akan berbias pada segala tingkah
laku perbuatan kita, mampu mengendalikan diri dari perbuatan keji dan
munkar. Jangan heran jika kita menemui
banyak orang yang shalat tapi kelakuannya tidak mencerminkan tercegahnya dari
perbuatan keji dan munkar, karena yang dilakukan hanya sekedar “menggugurkan”
kewajiban, meskipun efek raga/jasmaninya sehat, tetapi hasilnya bukanlah
merupakan suatu bentuk tasbih kepada Allah, karena pikirannya tidak tertuju
pada (mengingat) Allah SWT.
B. Semua Bergerak
“dan sebagian dari tanda-tanda-Nya bahwa kamu melihat bumi itu kering
tandus, maka apabila Kami turunkan air diatasnya, niscaya ia bergerak dan
subur. Sesungguhnya Tuhan
menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati; sesungguhnya Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu” QS. Fushshilat (41) : 39.
Barangkali jika kita melihat air
yang mengalir, pikiran kaum materialis akan mengatakan bahwa itu memang sudah
sifatnya, bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Itu sudah hukum alam. Batu, gunung,
lempeng-lempeng bumi, pulau dan benua juga bergeser dan mengembang itu juga
wajar. Mereka tidak bisa bergerak
sendiri dan kita anggap mati. Namun
tidaklah demikian, sesungguhnya mereka sedang bergerak, berkehendak menuju
tujuan tertentu.
Seluruh mahluk yang ada dibumi,
baik yang hidup dan yang dikatakan mati sebenarnya bergerak terbawa bumi yang
sedang berotasi. Matahari juga bergerak
pada orbitnya mengelilingi sesuatu yang lebih besar lagi. Lalu kita sebut saja galaksi ternyata juga
sedang bergerak berpusar mengelilingi yang jauh lebih besar lagi dan
seterusnya. Semua bergerak dalam
ketaatan dan keikhlasan, tidak membantah dan tunduk berdasarkan “ketentuan”.
Ternyata, yang “lebih besar” lagi
itu juga berpusar mengelilingi “sesuatu”.
Semuanya berjalan sangat seimbang, serasi, terkoordinasi dengan sangat
baik dan sangat teliti, seolah-olah sebuah tubuh raksasa yang sangat besar
dengan organ tubuhnya adalah galaksi, matahari, planet-planet dan mahluk
didalamnya. Semuanya seperti terkendali,
oleh “sesuatu” yang menurut kesimpulan saya berdasarkan dalil Al Qur’an
berpusat kendali di “arsy”.
“Sesungguhnya, Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam diatas ‘arsy’ untuk mengatur segala
urusan……..” QS. Yunus (10):3.
Semua bagian terkecil di alam
semesta ini saling terkoordinasi dengan bagian-bagian lainnya yang lebih luas,
hingga membentuk suatu system organisme.
Dan dia bergerak berdasarkan suatu kendali.
Apa hubungannya semua ini dengan
manusia? Ternyata, kalau kita
perhatikan, seluruh titik ditubuh kita pun bergerak, penyusun darahpun bergerak
dalam suatu wadah organisme yang disebut jasad, semua berpusar mengikuti
‘suatu’ kendali. Dimana? Siapa?....
Demikian Allah melalui alam
semesta memberikan pelajaran kepada manusia, agar dengan memperhatikan alam
sekitarnya, kita akhirnya bisa mengambil suatu pelajaran.
“Allah mencahayai langit dan bumi.
Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus,
yang didalamnya ada pelita besar. Pelita
itu di dalam kaca, kaca itu seakan-akan bintang seperti mutiara, yang
dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, pohon zaitun yang
tumbuh tidak disebelah timur dan tidak disebelah barat, yang minyaknya
hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya, Allah membimbing kepada
cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan
bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” QS. An-Nuur (24):35.
C. Keseimbangan
Semua yang ada dipermukaan bumi
ini diperuntukkan buat manusia, mulai hutan, tanah, tambang, bebatuan,
gunung-gunung, lautan dan isinya, angin dan sebagainya. Semua sudah tersedia, tertata dengan
keseimbangan yang tidak ada duanya, tinggal bagaimana manusia itu sendiri
memanfaatkannya dengan baik atau tidak.

Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali
tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.
Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?
(Al Mulk (67) : 3)
Apabila terjadi sesuatu yang
tidak seimbang, maka secara otomotis akan bergerak untuk kembali menjadi
seimbang. Demikianlah hal itu dirancang.
Seperti tubuh yang sedang sakit,
sakit yang diderita manusia adalah suatu proses tubuh untuk mengeluarkan
penyakit sehingga menjadi normal kembali.
Ibarat kita tersedak nasi, secara otomatis, kita akan bersin tanpa kita
kehendaki dengan tujuan untuk mengeluarkan nasi tesebut yang dianggap dapat
merusak dan membahayakan kesehatan jika tidak segera dikeluarkan. Dalam istilah
pengobatan herbal/holistic, teori dimana tubuh akan bereaksi menuju
keseimbangan menjadi sehat disebut dengan Healing Crisis/Reaksi Tindak balas.
Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan
menjadikanmu seimbang, (Al Infithaar (82) : 7)
Sama intinya dengan bencana yang
tengah terjadi akhir-ahir ini. Bumi
sedang bereaksi menuju kearah perbaikan dikarenakan adanya sesuatu yang tidak
seimbang. Sampai kapan? Ya sampai semua yang rusak akibat keserakahan
manusia kembali normal. Kasarnya bumi
ini sedang “balas dendam” dengan cara berproses menuju keseimbangan kembali.
“Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali kejalan yang benar” QS Ruum (30) : 41
Selama manusia bisa mengelola
bumi dengan keseimbangan dan tidak memperturutkan hawa nafsunya, maka bumi pun
akan terus memberikan manfaatnya untuk kehidupan manusia sampai kapanpun. Jika tidak, maka siap-siaplah kita akan
menghadapi kiamat yang sesungguhnya.
“Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah
langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya…” QS. AL Mu’minuun : 71
Bagaimana dengan Kiamat nanti,
dimana bumi akan mengalami kehancurannya?
Jelas, bakal lebih ekstrim lagi.
Bumi akan diganti dengan bumi yang lain, begitupun langit. Itulah yang disebut AKHIRAT.
Wallahu’alam bi sawab....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar