Ada hal menarik dari pembicaraan
santai yang saya lakukan dengan beberapa orang teman, dari awal ramadhan sampai
dengan saat saya menulis catatan ini, meskipun teman berbincang ini berbeda,
orang, tempat dan waktunya, kadang ada yang menyampaikan hal baru, bahkan ada
yang malah menyampaikan pertanyaan baru.
Terkait dengan perintah berpuasa di bulan ramadhan.
Kenapa mesti dibulan ramadhan?
Dalam catatan saya yang lain, saya sempat menyinggung tentang betapa
istimewanya bulan ini, dan
sekarang kita akan coba pertajam kembali.
sekarang kita akan coba pertajam kembali.
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda . Karena itu,
barangsiapa di antara kamu hadir di
bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit
atau dalam perjalanan , maka , sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada
hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu
mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya
yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.(Al Baqarah : 185)
Dari ayat diatas, ternyata
perintah berpuasa di bulan Ramadhan terkait dengan turunnya Al-Qur’an. Al-Qur’an berisi penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk dan pembeda, mengarahkan dan membimbing segala prilaku kita
untuk kembali pada fitrah kesucian sebagaimana Allah menciptakan manusia pada
awalnya sesuai dengan fitrah. Sedangkan
turunnya Al-Qur’an itu bisa kita baca pada surah :
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya
pada malam kemuliaan .
Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin
Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
Malam itu kesejahteraan sampai
terbit fajar. (Al Qadr : 1-5)
Barang siapa dalam puasanya itu
mampu menjaga segala nafsu yang buruk (dengan menahan lapar dan dahaga), maka
Allah akan menurunkan hikmah ke dalam dadanya pada malam yang disebut dengan
Lailatul qadr (malam kemulyaan) dengan perantaraan para malaikat dan
Jibril. Oleh sebab itu kita dianjurkan
“membaca” Al Qur’an sepanjang bulan ramadhan, teristimewa pada sepuluh malam
terakhir. Kenapa demikian? Sebab, jiwa
kita semakin suci sebagai dampak berpuasa selama 20 hari sebelumnya. Suci karena kita semakin dekat
"meneladani" sifat-sifat Allah dengan berpuasa. Karena Puasa adalah unik, yang balasannya
'terserah" Allah, berbeda dengan ibadah-ibadah wajib lainnya yang
mempunyai nilai lebih jelas.
Kesucian jiwa ini lah yang
memudahkan kita lebih khusyuk dalam mengkaji Al Qur’an, sehingga Allah turunkan
hikmah yang mendalam terhadap isinya.
Orang-orang yang memperoleh
hikmah dikatakan sebagai orang yang sangat beruntung, dan memperoleh karunia
yang banyak. Itulah yang diistilahkan
dengan malam yang memiliki nilai lebih tinggi dari 1.000 bulan.
Demi Kitab yang menjelaskan,
sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi
peringatan.
Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah,(Ad Dukhaan :
2-4)
Dari ayat diatas, terutama pada
tulisan yang saya BOLD, Allah akan membukakan hikmah al Qur'an pada malam yang
mulya itu dengan perntara malaikatnya, bagi orang-orang yang khusyu' dalam
puasanya.
Oleh karena itulah, I’tikaf
banyak dilakukan pada 10 malam terakhir ini, dengan tujuan memfokuskan diri
untuk mengkaji Al Qur’an. Baik itu di
masjid, di mushola, ataupun dirumah, ataupun dengan menggelar sajadah ditempat
terbuka dimuka bumi, karena bumi dan langit ini adalah sajadah dan masjid kita
yang sesungguhnya, dimana kita menggelar shalat, dzikir dan tafakur sepanjang
hidup.
Manfaatkanlah kesungguhan pada
bulan ini sebagai bulan untuk belajar Al-Qur’an dalam arti yang sesungguhnya,
bukan hanya sekedar mengejar target untuk khatam tanpa memahami maknanya,
karena dengan memahami maknanya insya Allah kita akan memperoleh hikmah luar
biasa yang terkandung didalamnya.
Bukan pula main “cegat-cegatan”
menyongsong malam lailatul qadar pada malam-malam ganjil, seolah kita menunggu
datangnya undian dari langit. Bukan
kepada mereka yang sekedar “mencegat” datangnya sebuah malam, karena, ketika di
Indonesia sedang malam hari, maka tahukah kita, bahwa dibelahan bumi lain
sedang siang hari.
Dengan demikian, bila telah tiba
masa berakhirnya pen-sucian diri dengan berpuasa dibulan ramadhan, kita akan
kembali menjadi manusia "fitrah" ibarat bayi yang baru dilahirkan
dari rahim ibunya....
Demikian catatan sederhana ini,
selamat beribadah, semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita.
wallahu’alam
bissawab…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar