ASSALAMU'ALAIKUM WR. SELAMAT DATANG DI BLOG WINNER1COMMUNITY

Jumat, 04 Januari 2013

Bukan pada tempatnya

Termasuk dzalim adalah menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya.  Misalnya sapu diletakkan dalam lemari pakaian.  Atau memakai dasi tetapi tidak memakai baju.

Adil bukanlah berarti sama rasa sama rata.  Bukanlah memberi semua orang dengan yang sama, melainkan memberi setiap orang sesuai dengan kebutuhan haknya.

Tuhan pun menetapkan perintah dan larangan
diselaraskan dengan kemampuan manusiawi hamba-Nya, dan kesanggupan alamiah makhluk-Nya.

Sungguh tidak bertanggung jawab, kalau hendak menyuguhi makan tamu kebetulan tidak ada mangkok tempat sayur, walaupun pispot itu baru dibeli dari took, dan sama sekali belum pernah dipergunakan. Sebab pispot adalah untuk wadah najis.

Seorang petani bodoh akan naik kereta api, menurut kebiasaan dikampungnya, kalau akan memasuki rumah orang diadatkan untuk membuka sandal atau sepatu.  Petani tersebut lalu melepas sandalnya pada waktu akan menaiki tangga kereta apai menuju Jakarta.  Sandalnya ditinggalkan di Emplacement stasiun Tegal.  Pada saat turun di Stasiun Senin, ia mencari-cari sandalnya di emplacement.  Tentu saja sandalnya tidak terbawa.

Dengan bersungut-sungut, ia mengomel, “Kurang ajar.  Sandalku ada yang mengambil.  Keterlaluan.  Orang kota jahat-jahat.”

Ia sebetulnnya tidak patut menyalahkan orang lain.  Ia menderita kerugian lantaran kebodohannnya.  Memang mencari kambing hitam amat mudah.  Jauh lebih gampang bila dibandingkan harus mencari kuman dimata sendiri.

Semasa jadi Khalifah, pemimpin umat dan Negara, Umar bin Khatab menyediakan buku catatan amal.  Setiap hari Jum’at diperiksanya.  Jika ia menjumpai perbuatan buruk dalam catatannya, ia mengambil cemeti dan dicambuknya punggung sendiri sampai menghitam.

Pada waktu meninggal dunia, saat jenazahnya akan dimandikan, orang melihat dipunggung Umar bin Khatab penuh dengan bekas-bekas pukulan berwarna hitam meratai di sekujur badannya.

Dimasa hidupnya, apabila mendengar ayat tentang azab dan neraka, Umar bin Khatab menangis tersedu-sedu.  Berbuat benar bukanlah tidak pernah berbuat salah.  Berbuat benar adalah menyesal andaikata berbuat salah, dan berniat tidak akan mengulangi kembali kesalahan itu. (30 Kisah Teladan 3 – KH. Abdurrahman Arroisi). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar