Pada suatu pagi Abunawas berdiri dihadapan
masyarakat lalu berkata lantang, “Dengan ini kuumumkan bahwa aku, Abunawas, adalah orang yang sangat benci kepada perkara yang haq, sangat suka fitnah, dan dalam beberapa tahun ini aku lebih kaya daripada Tuhan.”
Masyarakat gempar sampai akhirnya Abunawaa ditangkap punggawa sultan karena dinilai membahayakan keutuhan aqidah. Ia segera dihadapkan langsung kepada Khalifah Harun Al Rasyid.
Khalifah bertanya marah, “Apa
betul tuan mengatakan sangat membenci kepada yang haq?”
“Betul,” jawab Abunawas tenang. “Malah bukan saya, Baginda Khalifah juga sama.”
“Aku benci yang Haq? Buktikan tuduhan Tuan yang keji itu,” hardik Harun Al Rasyid yang makin menanjak kemurkaannya. Untung ia masih mampu menahan diri.
Abunawas menjelaskan, “Bukankah Baginda yakin bahwa kematian dan neraka adalah haq? Dan saya sebagaimana saya juga, Baginda sangat benci kepada kematian dan neraka?”
Khalifah terdiam sebentar mengajui kebenaran Abunawas. Lalu membentak, “Tapi Tuan jangan mengatakan bahwa Tuan amat suka kepada fitnah. Itu merusak ketentraman masyarakat.”
“Sekali lagi saya wajib mengatakan yang sebenarnnya,” sahut Abunawas. “Yang juga menyenangi fitnah bukan hanya saya, Tuan juga.”
“Hah?! Aku menyukai fitnah? Ini sudah keterlaluan,” damprat Kahlifah.
“Izinkan saya mengucapkan kenyataan ini. Tidakkah Tuhan mengatakan dalam Al Qur’an bahwa harta dan anak adalah fitnah? Bukankah Tuan amat suka kepada harta dan anak>”
Sekali lagi Sultan terpojok. Ia kemudian menegur, “BAiklah, hal itu ku akui kebenarannya. Namun lancang sekali, malah bisa murtad kalau Tuan menyombongkan diri lebih kaya daripada Tuhan. Tuan adalah ulama besar, tidak patut berkata begitu. Tuan bisa dihukum mati.”
“Sabarlah, Baginda. Perhatikan penjelasan saya,” jawab Abunawas tetap tenang. “Saya mengatakan lebih kaya daripada Tuhan karena ada buktinya. Saya mempunyai banyak anak, tapi Tuhan, Dia tidak memiliki anak seorang pun. Bukankah saya lebih kaya daripada Tuhan?”
Terpaksa Khalifah tersenyum, lantas bertanya, “Jadi apa maksud Tuan mengatakan hal-hal yang menghebohkan tadi?”
“Untuk memperingatkan Tuanku agar selalu ingat akan mati dan neraka, agar tidak terlalu terpukau oleh harta dan keluarga, dan agar Tuanku tidak berhenti memberikan pengertian kepada rakyat tentang keesaan Tuhan, Allah SWT.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar