Alhamdulillaahirabbil'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad waala aalihi
washaabihii ajmai'iin, Saudaraku yang budiman, Allah Azza wa Jalla
menciptakan kita dengan perangkat yang memadai untuk bisa menjalani hidup ini
dengan baik. Diantara karunia Allah ciptakan untuk mendampingi kehidupan kita di
dunia ini adalah perintah melaksanakan kegiatan ibadah ritual, shalat
diantaranya. Sudah seharusnya, ritual shalat
yang kita lakukan dapat efektif membuat diri ini semakin indah, semakin mempesona, dan semakin tertata dengan baik.
yang kita lakukan dapat efektif membuat diri ini semakin indah, semakin mempesona, dan semakin tertata dengan baik.
Sebab, apalah artinya shalat kalau sesudah shalat perilakunya
tidak terwarnai oleh isi shalat?! Apalah artinya ruku dan sujud kalau shalat
tiada merubah apapun pada diri kita?! Sesungguhnya shalat bukan hanya gerakan
badan atau komat kamit mengucapkan sesuatu dalam bahasa arab, atau bukan pula
sekedar gerakan yang diawali dengan membasuh anggota tubuh oleh air lalu
diakhiri dengan kepala menengok ke kanan dan kekiri. Kalau pengetahuan kita
tentang shalat cuma itu, terlampau sederhana. Shalat adalah saran latihan,
sarana pendekatan, sarana komunikasi bathin kita kepada Allah Azza wa
Jalla.
Sahabat-sahabat, sungguh begitu dahsyatnya fungsi shalat, yang
kalau kita dapat memahaminya akan efektif mewarnai perilaku hidup kita ini. Oleh
karenanya, kita tidak bisa mengukur kekhusuan shalat seseorang dengan
gerak-geriknya ketika shalat. Tapi kita bisa mengukur kekhusuan shalat seseorang
dengan perilakunya sesudah shalat. Sebagaimana kita tidak dapat mengukur
kemabruran seseorang dalam berhaji dengan seringnya berangkat ke Mekkah, pergi
thawaf, tapi kita bisa mengukur kemabruran seseorang dalam berhaji dengan
melihat bagaimana dampaknya sesudah dia pulang dari Makkah
sana.
Sebenarnya, kalau kita berani memperhatikan shalat-shalat yang kita
lakukan, hati kecil ini sepertinya akan berbisik, apakah shalat yang dilakukan
tiap hari lima kali telah berhasil mewarnai diri ini atau belum? Ternyata untuk
bersujud kepada Allah, untuk menikmati indahnya shalat, awal mulanya terletak
pada kegiatan berwudhu.
Subhanallah, hampir dapat dipastikan bahwa kita
tidak akan berani melakukan shalat tanpa wudhu. Bahkan ketika sudah berwudhu
pun, sudah enak duduk di dalam masjid, tapi bila tiba-tiba buang angin, hampir
dapat dipastikan kita akan kembail mengambil air wudhu, walau harus dengan susah
payah ke tempat yang jauh dari masjid atau harus antri berlama-lama dan
berdesakan di tempat wudhu, bahkan walau harus mengigil menahan dinginnya air di
waktu pagi,.semua ini dilakukan karena motivasi untuk mensucikan diri sebelum
menunaikan ibadah shalat.
Sungguh Allah tiada memerintahkan ini dengan
sia-sia, ada banyak hikmah dari perintah wudhu ini. Camkalah bahwa Allah adalah
Dzat yang Maha Bersih dan Maha Suci. Kekotoran dan ketidaksempurnaan adalah
sifat yang sangat mustahil bagi-Nya.
Adapun saat shalat adalah saat kita
bercakap-cakap begitu dekat dengan-Nya, seakan-akan muka berhadapan muka, jadi
bagaimana mungkin kita menghadap Dzat yang Maha Bersih, Maha Suci, dan Maha
sempurna dengan kekotoran diri ini? Untuk menghadap Dzat yang Maha Bersih,
haruslah kita juga dalam kondisi bersih.
Seperti Firman Nya dalam
(QS. Al-Baqarah (2):222) "Sesunggunya Allah menyukai orang-orang yang taubat
dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri".
Subhanallah, maka
sudah seharusnya logika kita mengatakan bahwa orang-orang yang akan akrab dengan
Allah adalah jika dia akrab dengan kebersihan, bersih tangannya, bersih
wajahnya, bersih kakinya, bersih batinnya, dan lain sebagainya.
Wallahu'alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar