ASSALAMU'ALAIKUM WR. SELAMAT DATANG DI BLOG WINNER1COMMUNITY

Selasa, 05 Februari 2013

Sedekah


Saya ingat, kala itu sedang asyik terlibat perbincangan menarik  (sampai-sampaai robek, nih, baju).  Yah, kali ini yang  dibahas adalah masalah sedekah.

Ada  pertanyaan menarik dari seorang kawan perihal dilemanya untuk bersedekah dikala kita tidak punya duit sama sekali,nih, perut belum kemasukan apa-apa selain air putih, motor juga lagi haus-hausnya, pokoknya CRISIS banget lah, kita menemukan uang di jalanan, anggap saja senilai Rp. 10.000,- apa yang harus dilakukan?  Uang itu diambil, untuk beli bensin, atau makanan, atau untuk “mahluk-mahluk” dirumah?  Atau disedekahkan / diinfaq kan?

Nah, gimana jawabannya?


Bagi orang yang “aman” dalam arti tidak mengalami  kondisi krisis yang dicontohkan teman saya, jawabannya mungkin setengah samar, setengah jelas.  Tapi, secara teori pasti memilih untuk disedekahkan, dengan alasan, sedekah yang kita lakukan akan dibalas 10 kali lipat, lagi pula itu juga bukan uang kita, uang nemu dijalan.  Tinggal bagaimana cara meyakinkan diri ini bahwa apa yang diharapkan langsung dibalas oleh Allah.

Memang, sih.  Tapi, bagi kita yang berkecukupan, sepertinya perlu benar-benar ber empati dan bisa memposisikan diri sebagai  orang yang dalam keadaan sangat-sangat krisis.  Yah, bagaimana jika kitalah orang itu. 

Kalau memang yakin akan mendapatkan balasan dari sedekah uang nemu itu, artinya kita sebagai perantara untuk menyalurkan uang itu untuk disedekahkan, silahkan lakukan.  Tetapi harus siap menjalani resiko jika balasan yang diharap ternyata datangnya “agak”  terlambat.  Istilahnya, , gitchu.. Hehehehe.

Tapi, lain hal jika memang sudah kepepet, ambil saja (menurut saya, sih).  Tapi ya kayaknya perlu, deh untuk pasang niat, “Ni, duit kupinjam dulu, ntar kalau dapat gantinya baru kuganti”…
Iya kalo cuman Rp. 10.000,-, gimana kalau sejuta.  Kapan gantinya.  Hihihihi

Yah, begitulah hidup. 

Satu hal yang barangkali perlu kita ingat, ini khusus untuk para perokok (termasuk saya- hehehe), untuk beli rokok, kok bisa, ya?  Ini yang membingungkan saya.   Bayangkan aja, jika harga rokok Rp. 10.000,-, dan dalam sehari kita perlu satu bungkus, hitungan sebulan paling nggak dah Rp. 300.000,-.  Tapi, untuk kebutuhan lain, suuuusaaaahnya amit-amit.  Nah, lho!

Pergi shalat Jum’at, kotak amal lewat.  Merogoh saku, yang keluar gambar Soekarno-Hatta, “Minggir, yang kuambil bukan kamu”.  Masukkan lagi ke dalam saku.  Rogoh lagi, keluar warna biru, gambar Jenderal Sudirman, masukkkan lagi,”Heh, bukan jatahmu!”.  Akhirnya dapat Rp. 1.000,- yo masih cari yang Rp. 500… Akhirnya, plung!  (aku, nih- hehehe)

Ada lagi, pergi Jum’atan pake baju Taqwa, saku kiri diisi Rp. 50.000, yang kanan diisi Rp. 1.000,-  Rencananya setelah Jum’atan mau ke warung, ngopi.

Di mesjid, duduk bersila, tiba-tiba kotak amal lewat, terkaget-kaget rogoh saku, ngambil duit ga liat-liat sambil ditutupi tangan  masukkan tuh duit ke kotak amal.  Selesai Jum’atan langsung ke warung, ngopi-ngopi.  Ketika habis minum kopi, berdiri pulang sambil ngerogoh saku mau bayar tuh kopi, sreeeet! ”Astagfirullahal ‘adzim”…

Ternyata keliru, Salah ambil… Yang Rp. 50.000,- malah masuk kotak!!!  Nguuuuuoooomeeeelnya 3 hari 3 malam ga selesai-selesai.  Hihihi

Allahu’Akbar

Yah, begitulah.  Memang Siapa nih? Bisa saja yang menulis…Hahahaha

Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir. An Nahl : 107


Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar