Dalam
suatu kesempatan senggang, ketika kami berkumpul disalah satu ruangan kantor,
seorang teman membuka pembicaraan tentang shalat, kenapa begini, kenapa begitu,
kenapa harus ini, kenapa harus itu, dan sebagainya dan sebagainya yang tidak
mungkin saya sebutkan satu-persatu disini….Hihihi.
Yah,
begitulah, hitung-hitung tambah ilmu, yang tidak tahu menjadi tahu dan yang
tahu semakin tahu, meskipun yang disampaikan itu benar atau nggak , yah, bener dikit tak apalah…
Banyak
cerita yang diceritakan kembali oleh kawan saya tentang sosok ulama yang
dianggap khusyu’ dalam shalatnya, sampai akhirnya mengacu pada sosok Ali ra,
yang diuji kekhusyu’an shalatnya oleh Baginda Nabi Muhammad SAW, yang bisa
dikatakan tidak juga bisa khusyu. Itu dikarenakan
ada ujian sebelumnya berupa tawaran / hadiah yang akan diberikan selendang oleh
Rasulullah. Itu Sayidina Ali yang shalat, orang yang termasuk dekat dengan Allah, apalagi Sayidina Deddy. bweeeh,, jauuuuuuuuh...hedeeeeeeeeeeh
Oleh
karena itu, kata nabi, sebelum kita shalat, kita diminta untuk membebaskan
pikiran kita dari segala hal yang nantinya bakal membuyarkan konsentrasi kita
berbincang pada Allah, dengan mengucapkan kalimat-kalimat perlindungan.
Tapi
bagaimana bisa khusyu’, terkadang kita ini tidak kompak. Justru ketika shalat berjama’ah, kita sering
memperhatikan jama’ah lainnya. Terutama
dari segi berpakaian.
Pernah
suatu ketika, saya ikut shalat berjama’ah.
Pada awalnya rasa muuuanteb, mata
terpejam, sambil mengucapkan bacaan-bacaan shalat dengan berusaha memahami
artinya. Pas buka mata, kok
tega-teganya saya membaca tulisan di bagian belakang baju jama’ah yang
berada persis di depan saya, “Aji-No-Moto”….Walaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah.
Ya
udah… Lanjutin aja. Wkwkwkwkw
Namanya
juga usaha. Tapi ada suatu keyakinan
dalam hati saya. Khyusu’ itu tidaklah gampang. Sangat-sangat tidak gampang. Siapa, sih
yang bisa? Saya kepingin belajar
darinya, Suuueer!!
Khusyu’
-menurut saya, sekali lagi ini menurut saya, lho, ya, kalau salah jangan
diikuti J- tidak bisa dicari, dan khusyu itu akan
datang dengan sendirinya apa bila kita melakukannya dalam keadaan pasrah. Pasrah yang bagaimana? Apapun yang terjadi, terima saja, bukan
berarti apa yang datang dalam hati dan pikiran itu kita ikuti. Tapi sekali lagi saya katakan, terima saja. Lha,
wong yang mengijinkan "pengacau" datang
itu semua juga Allah (hehehe). Cuma yang
bisa kita lakukan adalah menyempurnakan gerakannya saja terlebih dahulu,
setelah gerakan sudah manteb, barulah
memahami makna dari bacaan yang kita baca.(mungkin, lho, ya)
Kok
bisa begitu?
Terus
terang, saya terinspirasi ketika melakukan gerakan “TAI CHI”. Tahu, ga,
apa itu? Ga’ tahu? Tai chi itu adalah gerakan yang bisa sampeyan search di Google…. Hah!!???
Oke,
oke, … saya beri gambaran sedikit. Dalam
tai chi, langkah awal adalah menghapal gerakan, mempraktekkannya selembut
mungkin. Setelah hapal mati, lalu memadukannya
dengan nafas, kapan nafas harus keluar, dan kapan nafas harus masuk. Setelah tahap ini selesai, sudah deh. Tinggal bergerak aja, dan iramanya akan
berjalan dengan sendirinya tanpa diatur lagi, karena apa? Ya, jelas, karena sudah hafal… Hehehe. Percaya atau tidak, jika melakukan ini, kita
bahkan seolah-olah lupa kalau kita itu sedang bergerak, juga seolah-olah lupa
jika kita sebenarnya sedang bernafas, mengalir dengan sendirinya. Yang ada hanyalah rasa tenang dan damai.
Kembali
kepada shalat, gerakan shalat sebenarnya menyehatkan, bagaimana tidak sehat, gerakannya
mampu melemaskan otot-otot tubuh, sehingga darah menjadi lancar. Apalagi ketika dalam posisi sujud, dimana di
posisi ini aliran darah yang menuju ke kepala membawa oksigen akan menutrisi jaringan-jaringan halus pada
otak kita. Saat otak mendapat suplai
oksigen, maka otak akan mengeluarkan semacam zat morfin. Bagi yang pernah mengisap morfin, tentu tahu
rasanya (jangan tanya saya rasanya, karena ga pernah ngerasain.. hehehe). Ya, semakin candu akan semakin nikmat (katanya, seeeh). Tapi ini morfin alami, lho, yang dikeluarkan
oleh otak kita, sehingga dijamin aman 100 %. Bahkan menyehatkan. Saat itulah kita akan
menjadi tenang, sehingga terlontarlah dalam ucapan kita, tasbih…”Maha Tinggi
Engkau Ya Allah, dan aku memuji-MU” Sehingga wajar para ulama sufi mengatakan,
mereka sangat merindukan saat-sat shalat.
Ya itu, karena ga’ ngebosenin.
Berbeda
ketika kita mendengar lagu syahdu.
Awalnya sih, rasanya tenteraaaaaaaaam
buuanget. Tapi semakin sering didengerin, lama-lama bosan juga, khaaan?
Yah, Khusyu’ memang berat kecuali bagi orang yang sabar, dan memiliki keyakinan akan bertemu dengan tuhannya, dan memiliki keyakinan akan kepastian kembalinya nanti ialah Allah SWT.
Jadikanlah sabar
dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh
berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',
orang-orang yang
meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali
kepada-Nya (Al Baqarah : 45-46)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar